I. PENDAHULUAN
1.1. Dasar Teori
Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak
diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk
semua organisme, dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran
penyakit dalam habitat manusia. Contohnya adalah organisme yang menjadi vektor penyakit bagi manusia, seperti tikus dan lalat yang membawa berbagai wabah, atau nyamuk yang menjadi vektor malaria. Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu
tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah
semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian. Istilah
"suci hama" juga digunakan
sebagai padanan kata "steril" dalam pengertian bebas dari penyebab kontaminasi (wikipedia. 2010).
Dunia binatang (Animal Kingdom) terbagi menjadi beberapa golongan besar
yang masing-masing disebut Filum. Dari masing-masing filum tersebut dapat
dibedakan lagi menjadi golongan - golongan yang lebih kecil yang disebut Klas.
Dari Klas ini kemudian digolongkan lagi menjadi Ordo (Bangsa) kemudian Famili
(suku), Genus (Marga) dan Spesies (jenis) (Retro 2011)..
Beberapa filum yang anggotanya diketahui berpotensi sebagai hama tanaman
adalah Aschelminthes (nematoda), Mollusca (siput), Chordata (binatang bertulang
belakang), dan Arthropoda (serangga, tunggau, dan lain - lain). a). Filum aschelminthes anggota filum
aschelminthes yang banyak dikenal berperan sebagai hama tanaman (bersifat
parasit) adalah anggota klas nematoda. Namun, tidak semua anggota klas nematoda
bertindak sebagai hama, sebab ada di antaranya yang berperan sebagai nematoda
saprofag serta sebagai nematoda predator (pemangsa). b) Filum mollusca dari
filum mollusca ini yang anggotanya berperan sebagai hama adalah dari klas
Gastropoda yang salah satu jenisnya adalah Achatina fulica Bowd atau bekicot,
Pomacea ensularis canaliculata (keong emas). c) Filum chordate anggota filum
chordata yang umum dijumpai sebagai hama tanaman adalah dari klas mammalia
(binatang menyusui). d) Filum Arthopoda Merupakan filum terbesar di antara
filum - filum yang lain karena lebih dari 75 % dari binatang-binatanag yang
telah dikenal merupakan anggota dari filum ini. Karena itu, sebagian besar dari
jenis-jenis hama tanaman juga termasuk dalam filum Arthropoda (Retro 2011).
Serangga merupakan objek penting
yang dipelajari karena merupakan hama yang merusak tanaman diarea pertanian dan
serangga merupakan jumlah spesies yang terbesar yaitu sekitar 686.000 (91% dari
750 spesies arthropoda) dan dari seluruh spesies binatang yang dikenal yakni
sekitar 72% dari seluruh spesies binatang. Serangga yang penting yang tidak
lain sering merusak tanaman adalah kelompok kelas Hexapoda. Serangga Hexapoda
mempunyai ciri khas yakni memiliki enam buah kaki (deni 2013).
Jenis ini memiliki beberapa jenis
ordo,yakni sebagai berikut. Ordo Orthoptera berasal dari kata orthos
yang artinya”lurus” dan pteron artinya “sayap”. Golongan serangga ini sebagian
anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya
yang bertindak sebagai predator. Metamorfose
sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur
—> nimfa —> dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan
pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. Ada mulutnya bertipe
penggigit dan penguyah yang memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandibula,
sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium
dengan palpus labialisnya (Rio Ardi
2009).
Ordo hemiptera hemi artinya
“setengah” dan pteron artinya
“sayap”. Beberapa jenis serangga dari ordo ini
pemakan tumbuhan dan adapula sebagai predator yang mengisap tubuh
serangga lain dan golongan serangga ini mempunyai ukuran tubuh yang besar serta
sayap depannya mengalami modifikasi, yaitu setengah didaerah pangkal menebal,
sebagiannya mirip selaput, dan syap belakang seperti selaput tipis. Metamorfose
bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia :
telur —> nimfa —> dewasa. Bentuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna
dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya. Tipe alat mulut pencucuk pengisap
yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan
pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian
anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang
membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran
makanan dan saluran ludah (Rio Ardi
2009).
Ordo Homoptera homo artinya “sama” dan pteron artinya “sayap” serangga
golongan ini mempunyai sayap depan bertekstur homogen. Sebagian dari serangga
ini mempunyai dua bentuk, yaitu serangga bersayap dan tidak bersayap. Tipe metamorfose sederhana (paurometabola) yang
perkembangannya melalui stadia : telur —> nimfa —> dewasa. Baik nimfa
maupun dewasa umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman. Alat mulut juga
bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala (Rio Ardi 2009).
Ordo Lepidoptera berasal dari kata lepidos “sisik” dan pteron artinya
“sayap”. Tipe alat mulut dari ordo lepidoptera menggigit-mengunyah tetapi pada
imagonya bertipe mulut menghisap. Metamorfose
bertipe sempurna (Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur
—> larva —> kepompong —> dewasa. Larva bertipe polipoda, memiliki baik
kaki thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta. Tipe alat mulut
seranga bertipe pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada
serangga dewasa, alat mulut berupa tabung yang disebut proboscis, palpus
maxillaris dan mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang
sempurna (Rio Ardi 2009).
Ordo Coleoptera coleos artinya “seludang” pteron “sayap”. Tipe serangga
ini memiliki sayap depan yang mengeras
dan tebal seperti seludang berfungsi untuk menutup sayap belakang dan
bagian tubuh. Metamorfose bertipe
sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva
—> kepompong (pupa) —> dewasa (imago). Alat mulut bertipe
penggigit-pengunyah, umumnya mandibula berkembang dengan baik (Rio Ardi 2009).
Ordo Diptera di artinya “dua” dan pteron artinya “sayap” merupakan bangsa
lalat, nyamuk meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan
parasitoid. Metamorfosenya sempurna
(holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur —> larva —>
kepompong —> dewasa. Tipe alat mulut
bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya memiliki tipe
penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap (Rio Ardi 2009).
1.2.
Tujuan
Tujuan
Praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman ini yaitu
1.
Untuk mengetahui perbedaan enam ordo serangga yakni
ordo Orthoptera, Hemiptera, Homoptera, Lepidoptera, Dipteral dan Coleopteran.
2.
Untuk mengetahui lebih jelas perbedaan masing-masing
bagian tubuh serangga (kepala, dada, sayap, perut dan kaki) sehingga memudahkan
pengklasifikasian/identifikasi keenam serangga hama tersebut.
II.
BAHAN DAN METODE
2.1.
Waktu dan Tempat
Praktikum Dasar-dasar perlindungan tanaman
dengan judul “Mengenal Ordo Serangga Hama” dilaksanakan pada hari Jum’at
tanggal 11 April 2014 pukul 13.00 -14.40 WIB. Di Laboratorium Jurusan Budidaya
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya,
2.2.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu 1 jenis serangga dari masing-masing ordo, larva plutella
xylostella, imago plutella xylostela, belalang
kayu, jangkrik, larva kumbang kelapa, kumbang kelapa, walang sangit, kepik,
kutu daun, lalat buah. Sedangkan alat-alat yang digunakan kaca pembesar/lup,
alat gambar dan alat tulis lainnya.
2.3. Cara Kerja
a. Praktikan mengamati kemudian membuat hasil
pengamatan dalam bentuk gambar dari masing-masing ordo serangga hama, bagian
yang digambar adalah:
-
Bentuk
serangga keseluruhan
-
Per masing-masing
bagian yaitu sayap depan dan belakang, kepala (caput), dada (thorax),
perut (abdomen) dan kaki.
-
Melakukan pengklasifikasian
(genus, spesies, ordo dan familia)
-
Membuat resuman
singkat meliputi gejala serangan, tanaman yang diserang dan biologi serangga
tersebut (telur-larva-pupa-imago atau telur-nimfa-imago) dan dicantumkan dalam
laporan.
b. Gambar hasil pengamatan ini dibuat sebagai
laporan sementara yang di tanda tangani oleh asisten yang bertugas.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Tabel Hasil Pengamatan
Tabel
1. Hasil Pengamatan Gejala Penyakit Tanaman.
No
|
Nama Serangga
|
Ordo Serangga
|
Tipe Perkembangan
|
Bentuk Sayap
|
Tipe Mulut
|
Bagaian Tanaman Yang diserang
|
1.
|
Belalang Kayu
(Valango
Nigricornis)
|
Orthoptera
|
Paurometabola
(Telur-Nimfa-Imago)
|
Bersayap Lurus
|
Menggigit dan Mengunyah
|
Pada Bagian Daun
|
2.
|
Jangkrik
(Gryllu
Assimilis)
|
Hemiptera
|
Paurometabola
(Telur-Nimfa-Imago)
|
Bersayap Setengah Bagian
|
Menggigit dan Mengunyah
|
Daun Dan Batang
|
3.
|
Kumbang Kelapa
(Orytes
Rhino Ceros)
|
Coleoptera
|
Holometabola
|
Seludung
|
Menggigit Mengunyah
|
Batang, Daun
|
4.
|
Imago
(Plutella
xilostella) Ualat daun
|
Lepideptera
|
Paurometabola
|
Sisik-Sisik Kecil
|
Menusuk Mengisap
|
Bunga
|
5.
|
Kutu Daun
(Aphis Sp)
|
Homoptera
|
Paurometabola
|
Sama Seperti Membran
|
Menghisap
|
Daun
|
6.
|
Walang Sangit
(Leptocorisa
acuta)
|
Hemiptera
|
Paurometabola
|
Seperti Selaput
|
Menusuk Menghisap
|
Daun Malai Padi
|
7.
|
Larva Kumbang Kelapa
(Uret Ozites
Tinoceros)
|
Coleoptera
|
Holometabola
|
Tidak Ada Sayap
|
Menggigit Mengunyah
|
Akar, Batang, dan Bahan-bahan Organik
|
8.
|
Lalat Buah
(Daucus Sp)
|
Diptera
|
Holometabola
|
Halter
|
Menggigit Mengunyah dan Menjilat
|
Buah, Daging
|
9.
|
Kepik
(Nazara
Viridula)
|
Homoptera
|
Paurometabola
|
Seperti Membran
|
Menusuk Mengisap
|
Daun
|
10.
|
Larva Plutella Xilostella
|
Coleoptera
|
Holometabola
|
Seperti Selaput
|
Menggigit Mengunyah
|
Akar Batang
|
3.2. Pembahasan
3.2.1. Belalang Kayu (Valango Nigricornis)
Gambar
1. Belalang Kayu
Sumber : Dokumentasi pribadi & https://www.google.co.id/search?noj=1&biw=1366&bih=674&tbm=isch&sa=1&q=struktur+tubuh+belalang+kayu&oq=struktur+tubuh+belalang+kayu&gs_l=img.12...0.0.1.648651.0.0.0.0.0.0.0.0..0.0....0...1c..41.img..17.4.683.cdoZBA9se9Y#facrc=_&imgrc=skg0MN2KoJ_6bM%253A%3BX0NvXXvpl5_daM%3Bhttp%253A%252F%252F110.138.206.53%252Fbahan-ajar%252Fmodul_online%252Fbiologi%252FMO_78%252Fimages%252Fgbr15.jpg%3Bhttp%253A%252F%252F110.138.206.53%252Fbahan-ajar%252Fmodul_online%252Fbiologi%252FMO_78%252Fbio111_19.htm%3B660%3B237
|
Hasil
pengamatan yang sesuai pada tabel diatas dengan menggukana mata telanjang dan
kaca pembesar belalang kayu yang bertidak sebagaia hama dari keenam ordo, masuk
dalam bagian ordo serangga Orthoptera
diamana proses perkembanaganya bertipe paurometabola (telur-nimfa-imago),
seranggga ini memiliki bentuk sayap lurus pada saat istirahat, tipe alat mulut
pada serangga ini nimfa dan imago sama yaitu menggigit mengunyah, serangga ini
menyerang pada bagian tanaman yaitu pada bagian daun. Klasifikasi belalang kayu (Valanga nigricornis) memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom: Animalia, Phylum: Arthropoda, Class: Insecta, Order: Orthoptera,
Family: cridoidea, Genus: Valanga, Specific name : nigricornis, Scientific
name: Valanga nigricornis.
Siklus hidup belalang kayu sebagai berikut,
telur belalang menetas menjadi nimfa, dengan tampilan belalang dewasa versi
mini tanpa sayap dan organ reproduksi. Nimfa belalang yang baru menetas
biasanya berwarna putih, namun setelah terekspos sinar matahari, warna khas mereka
akan segera muncul. Selama masa pertumbuhan, nimfa belalang akan mengalami
ganti kulit berkali kali (sekitar 4-6 kali) hingga menjadi belalang dewasa
dengan tambahan sayap fungsional. Masa hidup belalang sebagai nimfa adalah
25-40 hari. Setelah melewati tahap nimfa, dibutuhkan 14 hari bagi mereka untuk
menjadi dewasa secara seksual. Setelah itu hidup mereka hanya tersisa 2-3
minggu, dimana sisa waktu itu digunakan untuk reproduksi dan meletakkan telur
mereka. Total masa hidup belalang setelah menetas adalah sekitar 2 bulan (1
bulan sebagai nimfa, 1 bulan sebagai belalang dewasa), itupun jika mereka
selamat dari serangan predator. Setelah telur yang mereka hasilkan menetas,
daur hidup belalang yang singkat akan berulang.
Pengendalian
dari belalang kayu ini yaitu Kultur
Teknis: Dengan mengatur pola tanam dan menanam tanaman alternatif yang tidak
disukai oleh belalang seperti tanaman kacang tanah dan ubi kayu, melakukan
pengolahan tanah pada lahan yang diteluri sehingga telur tertimbun dan yang
terlihat diambil. Gropyokan/Mekanik/Fisik:
Kelompok tani secara aktif mencari kelompok belalang di lapangan, dengan
menggunakan kayu, ranting, sapu dan jaring perangkap.
3.2.2. Jangkrik (Gryllu
Assimilis)
Gambar
2. Jangkrik
Sumber : Dokumentasi pribadi & https://www.google.co.id/search?noj=1&biw=1366&bih=674&tbm=isch&sa=1&q=struktur+tubuh+jangkrik&btnG=https://www.google.co.id/search?noj=1&biw=1366&bih=674&tbm=isch&sa=1&q=struktur+tubuh+jangkrik&btnG=
|
Sesuai dengan hasil
pengamatan pada tabel diatas dengan menggukana mata telanjang dan kaca pembesar
jangkrik sebagai dari salah satu bahan yang digunakan dalam proses pengamatan,
jangkrik yang bertidak sebagaia hama dari keenam ordo, masuk dalam bagian ordo
serangga Hemiptera diamana proses
perkembanaganya bertipe paurometabola (telur-nimfa-imago), seranggga ini
memiliki bentuk sayap yang dapat dilihat secara langsung mengenai bagain sayap,
serangga ini memiliki bentuk sayap setengah bagian, tipe alat mulut pada
serangga ini nimfa dan imago sama yaitu menggigit mengunyah tipe alat mulut
yang dimiliki jankrik sama dengan tipe alat mulut belalang kayu, serangga ini
menyerang pada bagian tanaman yaitu pada bagian daun dan batang.
Jangkrik mengalami metamorfosis tidak sempurna, dalam masa
hidupnya sejak menetas hingga tumbuh dewasa, jangkrik mengalami pergantian
kulit selama 7 – 8 kali. Jangkrik akan mati setelah meninggalkan telur yang
jumlahnya cukup banyak sebagai pengganti generasi berikutnya. Siklus hidup
jangkrik sebagai berikut :
* Jangkrik
bertelur 1 - 5 Hari
* Telur jangkrik
menetas 14 - 15
Hari
* Anakan jangkrik 1 - 20
Hari
* Jangkrik Muda 21 - 40
Hari
* Jangkrik
Dewasa 41 - 60
Hari
* Jangkrik
Dewasa Birahi 61 - 80
Hari
* Jangkrik
Bertelur 81 - 83
Hari
Pengendalian serangan
hama ini dilakukan dengan cara mekanis, yaitu membunuh binatangnya bila
terlihat pada batang tanaman.
3.2.3. Kumbang Kelapa (Orytes Rhino Ceros)
Gambar
3. Kumbang Kelapa
Sumber : Dokumentasi pribadi & https://www.google.co.id/search?noj=1&biw=1366&bih=674&tbm=isch&sa=1&q=struktur+tubuh+belalang+kayu&oq=struktur+tubuh+belalang+kayu&gs_l=img.12...0.0.1.648651.0.0.0.0.0.0.0.0..0.0....0...1c..41.img..17.4.683.cdoZBA9se9Y#facrc=_&imgrc=skg0MN2KoJ_6bM%253A%3BX0NvXXvpl5_daM%3Bhttp%253A%252F%252F110.138.206.53%252Fbahan-ajar%252Fmodul_online%252Fbiologi%252FMO_78%252Fimages%252Fgbr15.jpg%3Bhttp%253A%252F%252F110.138.206.53%252Fbahan-ajar%252Fmodul_online%252Fbiologi%252FMO_78%252Fbio111_19.htm%3B660%3B237
|
Pengamatan yang dilakukan pada serangga yang bertindak
sebagai hama yaitu kumbang kelapa, dengan pengamatan yang sesuai dengan tabel
hasil pengamatan yang pengamatanya dengan menggunakan metode sederhana yaitu
dengan mata telanjang dan alat bantu kaca pembesar, dapat dijelaskan bahawa
ordo serangga ini Coleoptera dengan tipe perkembangan hidupnya holometabola , dengan bentuk sayap
seludung pada sayap bagian depanya, sayap belakang seperti selaput, tpe alat
mulut serangga ini larva dan imago sama yaitu menggigit mengunyah, serangga ini
sering menyarang pada bagaian tanaman terutama pada bagian batang dan daun. Sistematika kumbang kelapa menurut Kalshoven
(1981) adalah sbb: Kingdom: Animalia,
Filum: Arthropoda, Kelas: Insecta, Ordo: Coleoptera, Famili: Scarabaeidae,
Genus: Oryctes, Spesies: Oryctes
rhinoceros L.
Siklus
hidup O. rhinoceros Telur O.
rhinoceros berbentuk bulat dan berwarna putih. Stadia telur
lamanya 8-12 hari. Larva yang keluar berwarna putih dengan mulut berwarna merah
coklat, kepala berwarna coklat dan memiliki tiga pasang kaki. Larva O. rhinoceros mengalami
tiga instar (pergantian kulit) dan membutuhkan waktu 2-4 bulan untuk
perkembangannya. Variasi waktu perkembangan larva dipengaruhi oleh jenis
makanan dan iklim. Tempat perkembangan larva adalah tunggul kelapa yang masih
tegak maupun telah mati, timbunan kulit buah kopi/kakao, ampas tebu, timbunan
limbah penggilingan padi, timbunan pupuk kompos, pupuk kandang dan timbunan
serbuk gergaji. Larva instar terakhir masuk ke tanah sedalam ± 30 cm dan tidak
aktif selama 8-13 hari (masa prapupa). Pupa
berwarna coklat dan terbungkus kokon yang dibuat dari tanah ataun sisa-sisa
serat tanaman. Lama stadia pupa 17-28 hari. Kumbang O. rhinoceros berwarna hitam dengan
bagian bawah berwarna coklat kemerahan. Kumbang jantan memiliki cula yang lebih
panjang dari kumbang betina. Kumbang tertarik pada cahaya. Kumbang
dapat terbang jauh namun biasanya lebih memilih tumpukan sampah yang terdekat.
Siklus hidup O. rhinoceros berkisar 3,5 – 6,5 bulan.
Pengendalian yang
bisa dilakukan untuk mencegah serangga hama kumbang kelapa yaitu:
- Sanitasi membersihkan tempat
perkembangbiakan larva O. rhinocerosseperti tanaman mati membusuk, tunggul
kelapa dipotong-potong kemudian dibakar agar tidak menjadi sarang O.
rhinoceros.
-
Mekanis mengumpulkan
larva/pupa kemudian dimusnahkan dan menebang serta memusnahkan pohon yang telah
mati.
-
Kultur teknis batang
yang tidak dimanfaatkan ditutup dengan tanaman penutup tanah seperti Centrosema pubescens atau Pueraria
phaseoloides.
-
Biologi menggunakan
jamur antagonis Metarhizium
anisopliae. Jamur ini tidak hanya efektif untuk mengendalikan larva
namun juga dapat menginfeksi kumbang.
3.2.4. Imago (Plutella xilostella) Ulat daun
Gambar 4. Daun Jambu Agung
terserang penyakit
Sumber : https://www.google.co.id/search?noj=1&tbm=isch&q=struktur+tubuh+imago+plutella+xylostella&spell=1&sa=X&ei=7xFQU8XWKoH5rQfgiICAAQ&ved=0CE8QvwUoAA&dpr=1&biw=1366&bih=674#facrc=_&imgdii=_&imgrc=9pag-A_NOJlgOM%253A%3B0RNa_AAdvGk2mM%3Bhttp%253A%252F%252Fweb.ipb.ac.id%252F~phidayat%252Fentomologi%252FGambar%252Fgeneral%252520insect.jpg%3Bhttp%253A%252F%252Fgyotinusu.blogspot.com%252F2011%252F10%252Fentomologi.html%3B872%3B618
|
Pengamatan serangga hama Imago dapat dilihat pada tabel
pengmatan yang dimana pengamatannya sama dengan pengamatan sebelumnya, meneliti
bagian-bagian tubuh serangga (kepala, dada, sayap, perut, dan kaki) yang mana
bagian-bagian tersebut dapat diklasifikasikan kedalam keenama ordo serangga
yang bersangkutan, dalam hal ini ordo serangga ini lepideptera dengan
perkembanangan hidunya paurometabola (telur-larva-pupa-imago) denagn bentuk
sayap terdiri dari sisik-sisik kecil yang akan menempel bila dipegang, tipe
mulut pada serangga ini menggigit dan mengunyah, bagaian tanaman yang sering diserang
yaitu pada bagian bunga.
Siklus hidup P. xylostella
dari telur hingga imago meletakkan telur berkisar antara 21-51 hari. Lama periode hidup tersebut dipengaruhi oleh faktor
makanan dan lingkungan berupa suhu dan kelembaban (Chan et al.
2008). Ditambahkan oleh Golizadeh et al. (2009) bahwa
kualitas dan kuantitas tanaman inang sangat berperan pada dinamika populasi P.
xylostella. Ketersediaan makanan itu akan berpengaruh pada kebugaran
imago P. xylostella.
3.2.5. Kutu Daun (Aphis Sp)
Gambar
5. Kutu Daun
Sumber : https://www.google.co.id/search?noj=1&biw=1366&bih=674&tbm=isch&sa=1&q=struktur+tubuh+Kutu+Daun+%28Aphis+Sp%29&oq=struktur+tubuh+Kutu+Daun+%28Aphis+Sp%29&gs_l=img.12...243634.243634.0.244876.1.1.0.0.0.0.0.0..0.0....0...1c.1.41.img..1.0.0.wUtEXTF5hOI#facrc=_&imgdii=_&imgrc=5fZweatnhPK7GM%253A%3Bg9MSJ4NGzQHesM%3Bhttp%253A%252F%252F2.bp.blogspot.com%252F-1f4hwZUoWKY%252FUX1p4KvNbEI%252FAAAAAAAAABI%252FqKYzrV38XXU%252Fs1600%252Fanatomy_upperside.gif%3Bhttp%253A%252F%252Fharryoafandi.blogspot.com%252F2013_04_01_archive.html%3B550%3B400
|
Kutu daun (Aphis
Sp) yang merupakan bagaian dari keenam ordo yang bertindak sebagai serangga
hama, yang sesuai dengan namanya kutu ini dijumpai pada bagian daun. Kerusakan
karena hama ini tampak pada bagian-bagian tanaman yang masih muda, misalnya
tunas-tunas dan daun-daun serta tangkai daun yang masih muda. Pada pengamatan
kutu daun masuk dalam bagian ordo homoptera dengan tipe perkembangan hidupnya Peurometabola, serangga ini bersayap
sama seperti membrane dengan tipe mulut menghisap, serangga ini paling sering
menyerang pada bagian tanaman terutama daun. utu daun (Aphis Sp) memiliki
klasifikasi : Kingdom : Animalia, Filum : Arthropoda, Kelas :
Insecta, Ordo : Hemiptera, Subordo : Sternorrhyncha, Superfamili : Aphidoidea,
Famili : Aphididae.
Siklus hidup
kutu daun dimulai dari telur yang menetas pada umur 3 sd 4 hari setelah
diletakan. Telur menetas menjadi larva dan hidup selama 14 sd 18 hari dan
berubah menjadi imago. Imago kutu daun mulai bereproduksi pada umur 5 sd 6 hari
pasca perubahan dari larva menjadi imago. Imago kutu daun dapat bertelur sampai
73 telur selama hidupnya. Pengendalian
dengan cara memotong dan membakar daun yang terinfeksi,
3.2.6. Walang Sangit (Leptocorisa acuta)
Gambar
6. Walang Sangit (Leptocorisa acuta)
Sumber : Dokumentasi pribadi & https://www.google.co.id/search?noj=1&biw=1366&bih=674&tbm=isch&sa=1&q=struktur+tubuh+walang+sangit+leptocorisa+acuta&oq=struktur+tubuh+walang+sangit+leptocorisa+acuta&gs_l=img.3...161658.180986.0.181493.20.20.0.0.0.0.449.5795.3j3j1j8j5.20.0....0...1c.1.41.img..19.1.398.jAoCDJT8xEY#facrc=_&imgdii=_&imgrc=l5I1Sxl_rYMXJM%253A%3BDa_pPVZ0F8ukLM%3Bhttp%253A%252F%252F4.bp.blogspot.com%252F-6PLx3gKqh_w%252FT9bcDc1z3XI%252FAAAAAAAAAOA%252FnB8WPZr1T_w%252Fs1600%252FSlide7.JPG%3Bhttp%253A%252F%252Famirulrosid.blogspot.com%252F2012%252F06%252Fmakalah-insecta-ametabola.html%3B960%3B720
|
Pengamatan yang
selanjutnya mengamati serangga walang sangit, sesuai pada tabel walang sangit
masuk dalam golongan ordo Hemiptera, tipe perkembanganya adalah paurometabola,
serangga ini sayap bagian depanya mengalami penebalan setengah bagian, sisanya
bertekstur seperti selaput, tipe alat mulut dar serangga ini nimfa dan imagonya
sama menusuk dan mengisap, serangga ini menyerang pada bagian tanaman daun
malai padi. Walang sangit (Leptocorisa acuta) memiliki
klasifikasi : Kingdom
:Animalia, Phylum : Arthropoda, Kelas
: Insecta, Ordo : Hemiptera, Famili : Alydidae, Genus : Leptocorixa, Spesies :
Acuta, Author : Thunberg.
Siklus
hidup walang sangit meletakan telur pada bagian atas daun tanaman. Telur
berbentuk oval dan pipih berwarna coklat kehitaman, diletakan satu persatu
dalam 1-2 baris sebanyak 12-16 butir. Lama periode bertelur 57 hari dengan
total produksi terlur per induk + 200 butir. Lama stadia telur 7 hari, terdapat
lima instar pertumbuhan nimpa yang total lamanya + 19 hari. Lama preoviposition
+ 21 hari, sehingga lama satu siklus hidup hama walang sangit + 46 hari.
Pengendalian, Pengendalian secara kultur teknik Sampai sekarang belum
ada varietas padi yang tahan terhadap hama walang sangit. Maka dianjurkan beda
tanam dalam satu hamparan tidak lebih dari 2,5 bulan. Plot-plot kecil ditanam
lebih awal dari pertanaman sekitarnya dapat digunakan sebagai tanaman
perangkap. Setelah tanaman perangkap berbunga walang sangit akan tertarik pada
plot tanaman perangkan dan dilakukan pemberantasan sehingga pertanaman utama
relatif berkurang populasi walang sangitnya.
3.2.7. Larva Kumbang Kelapa (Uret Ozites Tinoceros)
Gambar
7. Larva Kumbang Kelapa (Uret Ozites Tinoceros)
Sumber : dokumentasi pribadi & https://www.google.co.id/search?q=Struktur+tubuh+Kepik+%28Nezara+Viridula%29&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=zm5QU9_RJ8KzrgequIDYCg&ved=0CAYQ_AUoAQ&biw=1366&bih=674#q=Struktur+tubuh+Larva+Kumbang+Kelapa+%28Uret+Ozites+Tinoceros%29&tbm=isch&facrc=_&imgdii=_&imgrc=T0s4evOO0WJU3M%253A%3BvQrh_ef6zGF2bM%3Bhttp%253A%252F%252F4.bp.blogspot.com%252F-cZuTm4Xrh5w%252FUNnvmF1BOhI%252FAAAAAAAACp8%252Fs5i780s019E%252Fs72-c%252Fhpt00.jpg%3Bhttp%253A%252F%252Fmasechoamcp.blogspot.com%252F2012%252F12%252Fserangga-yang-menjadi-hama-tanaman.html%3B72%3B66
|
Sesuai dengan tabel pengamatan larva kumbang kelapa dengan teknik
penelitian mengamati bagian-bagian tubuh dari serangga, pengamatan dilakukan
dengan meggunakan mata telanjang dan alat bantu kaca pembesar sebagai salah
satu untuk mempermudah proses pengklasifikasian, walang sangit yang merupakan
serangga hama yang dapat merusak tanaman atau yang sering mengganggu tanaman
dalam proses pertumbuhannya, walang sangit masuk dalam bagian ordo tserangga Hemiptera
dengan tipe perkembangan holometabola, bentuk sayap dari serangga ini tidak ada
dikarenakan penelitian serangga ini memilih serangga yang masih berbentuk
seperti ulat, tipe mulut dari serangga ini mengigit dan mengunyah, serangga ini
menyerang pada bagian tanaman akar, batang, dan bahan-bahan organic, serangga
ini juga sering dijumpai pada sisa-sisa tai sapi yang sudah lama.
Siklus hidup telur
serangga ini berarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian bulat dengan
diameter kurang lebih 3 mm. Telur-telur ini diletakkan oleh serangga betina
pada tempat yang baik dan aman (misalnya dalam pohon kelapa yang melapuk),
setelah 2 minggu telur-telur ini menetas. Rata-rata fekunditas seekor serangga
betina berkisar antara 49-61 butir telur. Larva yang baru
menetas berwarna putih dan setelah dewasa berwarna putih kekuningan, warna
bagian ekornya agak gelap dengan panjang 7-10 cm. Larva deasa berukuran panjang
12 mm dengan kepala berwarna merah kecoklatan. Tubuh bagian belakang lebih
besar dari bagian depan. Pada permukaan tubuh larva terdapat bulu-bulu pendek
dan pada bagian ekor bulu-bulu tersebut tumbuh lebih rapat.
Cara pengendalian. Pengendalian
secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada
budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah
hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan jarak tanam, pemupukuan,
dan pengamatan pada kanopi tunas seluas 0,25 m2.
3.2.8. Lalat Buah (Daucus Sp)
Gambar 8. Lalat Buah (Daucus Sp)
Sumber : https://www.google.co.id/search?q=Struktur+tubuh+Kepik+%28Nezara+Viridula%29&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=zm5QU9_RJ8KzrgequIDYCg&ved=0CAYQ_AUoAQ&biw=1366&bih=674#q=Struktur+tubuh+lalat+buah&tbm=isch&facrc=_&imgdii=_&imgrc=JSq4cXzalD10vM%253A%3BHNI4C5NMYYPXFM%3Bhttp%253A%252F%252F1.bp.blogspot.com%252F-AgLtzrrM9Cg%252FT-FacrLRxkI%252FAAAAAAAAAWQ%252FStMWS5NfJcc%252Fs1600%252FSlide15.JPG%3Bhttp%253A%252F%252Famirulrosid.blogspot.com%252F2012_06_01_archive.html%3B960%3B720
|
Pengamatn yang dilakukan pada bagain serangga lalat buah sama seperti
pengamatan-pengamatan yang sebelumya denagn mengamati bagian-bagian tubuh dari
serangga tersebut untuk diklasifikasikan, sesuai dengan hasil pengklasifikasian
ordo serangga serangga ini Diptera dengan tipe perkembangan hidupnya
holometabola, bentuk sayap dari serangga ini bersayap dua, dua buah sayap
belakangnya berubah menjadi bulatan yang disebut halter yang berfungsi sebagai
alat keseimbanagn sawaktu terbang, tipe alat mulut pada serangga ini larva
menggigit mengunyah, sedangkan imagonya menjilat, serangga ini menyerang pada
bagian buah. Lalat buah (Dacus Sp) memiliki
klasifikasi : Kingdom : Animalia Phyllum : Arthropoda, Kelas : Insecta, Ordo :
Diptera, Famili : Drosophilidae, Genus : Drosophila, Spesies : Drosophila
melanogaster Morfologi dari hama lalat buah (Dacus sp.) yaitu
terdiri dari, caput, antenna, tungkai depan, tungkai belakang, mulut, sayap,
thorax, dan abdomen. Lalat buah (Dacus sp.) banyak dijumpai di berbagai buah,
permukaan tanah dekat tanaman buah-buahan (Anonim, 2009).
Cara Pengendalian Lalat
buah ( Dacus Sp ) dapt dilakukan secara manual yaitu dengan cara mengunakan
perangkap lem kuning untuk mencegah dan mengurangi serangan lalat buah.
3.2.9. Kepik (Nazara Viridula)
Gambar
9. Kepik (Nazara Viridula)
Sumber .Dokumentasi pribadi
|
Pengamatan yang
selanjutnya mengamati bagian-bagian tubuh serangga kepik, kepik yang biasa
dijumpai pada tanaman jagung termasuk kedalam bagian ordo homoptera dengan tipe
perkembanagnya paurometabola, serangga ini memililikisayap yang berbentuk
seperti membran, tipe alat mulut pada serangga ini menulut dan menghisap,
serangga ini sering menyerang pada bagian daun,
Klasifikasi:
Nama latin : Nezara Vindula
Nama umum : Kepik Hijau
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Family : Pentatomidap
Genus : Nezara
Spesies : Nezara Vindul
Siklus hidup
dari telur menjadi serangga dewasa dibutuhkan waktu 4-8 minggu. total seluruh siklus hidup dicapai 60-80 hari, terkadang
bisa mencapai 6 bulan. Menggunakan musuh alami: jenis tabuhan Ooencyrtus
malayensis Ferr. dan Telenomus sp. merupakan parasit pada telur kepik hijau.
3.2.10. Larva (Plutella
xilostella)
Gambar
9. Larva (Plutella xilostella)
Sumber . https://www.google.co.id/search?q=Struktur+tubuh+Kepik+%28Nezara+Viridula%29&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=zm5QU9_RJ8KzrgequIDYCg&ved=0CAYQ_AUoAQ&biw=1366&bih=674#q=Struktur+tubuh+Larva+%28Plutella+xilostella%29&tbm=isch&facrc=_&imgdii=_&imgrc=HJDxRikn-ew8HM%253A%3BcsTgzw2LpRg7mM%3Bhttp%253A%252F%252F1.bp.blogspot.com%252F-t3-iSb6iDww%252FUr2QcYDW40I%252FAAAAAAAAAPw%252FB91vMEBe26w%252Fs1600%252Fprocess.jpg%3Bhttp%253A%252F%252Fbuatbelajarbiologi.blogspot.com%252F%3B597%3B413
|
Pengamatan terakhir mengamati larva
atau ulat daun dengan cara pengamatan sama seperti yang sebelumya, serangga ini
termasuk kedalam ordo serangga coleopteran denga tipe perkembangan
holometabola, dan bentuk sayap seperti selaput, tipe alat mulut dari serangga
ini yaitu menggigit dan mengunyah, dan bagian tanaman yang sering diserang
adalah bagian akar dan batang
Nama umum: Ulat daun kubis,
diamondback moth
Nama ilmiah: Plutella xylostella
Filum: Arthropoda
kelas: Insecta
Odo: Lepidoptera
Famili: Plutellidae
Inang: Tanaman
dalam family Brassicaceae, termasuk broccoli, Brussels sprouts (kubis
Brussel), cabbage (kol), Chinese cabbage (kubis), cauliflower (kol bunga),
collard, kale, kohlrabi, mustard, lobak dan selada air.
Sikulus didup Larva berukuran kecil
(sekitar 0,33 inci ketika tumbuh penuh). Tubuh larva melebar di bagian tengah
dan meruncing ke arah anterior dan posterior dengan dua proleg pada segmen
terakhir (posterior) membentuk huruf-V. Ketika terganggu, larva bergerak
panik atau cepat menempel pada garis sutra menuju daun. Larva sebagian
besar makan daun luar atau daun tua baik pada tanaman tua maupun titik-titik
tumbuh tanaman muda. Larva juga akan memakan tangkai bunga dan kuncup bunga.
Siklus hidup harva berlangsung 10 sampai 14 hari dan menbentuk kokon pada daun
atau tangkai untuk pupasi. Telur ngengat berukuran sangat kecil, agak bulat
telur, diletakkan secara tunggal pada sisi bawah daun.
Pengendalian menggunakan musuh alami dan insektisida. Musuh alami sering
efektif mengendalikan ngengat Diamondback, seperti tawon ichneumonid, Diadegma
insularis, telah diidentifikasi sebagai parasit yang paling umum. Trichogramma
pretiosum juga dapat menyerang telur Diamondback. Berbagai predator seperti
kumbang tanah, kepik predator, larva lalat syrphid, dan laba-laba dapat menjadi
faktor penting dalam mengendalikan populasi. Penyakit mikroba belum diketahui
menjadi faktor penyebab kematian yang signifikan. (Arantha. 2011)
IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dunia binatang (Animal
Kingdom) terbagi menjadi beberapa golongan besar yang masing-masing disebut
Filum. Dari masing-masing filum tersebut dapat dibedakan lagi menjadi golongan
- golongan yang lebih kecil yang disebut Klas. Dari Klas ini kemudian
digolongkan lagi menjadi Ordo (Bangsa) kemudian Famili (suku), Genus (Marga) dan
Spesies (jenis).
Hama dari jenis serangga
memiliki enam ordo yang membedakannya satu dengan yang lain, ordo-ordo tersebut
adalah : Ordo Lepidoptera (bangsa
kupu/ngengat), Ordo Orthoptera (bangsa belalang), Ordo Diptera (bangsa lalat,
nyamuk), Ordo Coleoptera (bangsa kumbang), Ordo Hemiptera (bangsa kepik /
kepinding), Ordo Homoptera (wereng, kutu dan sebagainya),
4.2. Saran
Saran yang dapat
disampaikan pada praktikum mengenal ordo serangga hama yaitu memberikan
penjelasan yang lebih jelas mengenai ordo serangga hama dan juga bagaimana cara
penanggulangan penyakit tersebut, hal lain yang penting adalah memberikan
kenyamaanan pada saat praktikum, yang menjadi kendala pada saat praktikum
adalah kondisi ruangan yang panas hal ini menyebabkan kurang nyaman dalam
pelaksanaan. Memberikan ketegasan kepada setiap mahasiswa praktikum yang tidak
mengikuti aturan praktek seperti tidak adanya name take, baju lab dll. Asisstan
praktikum memberikan pendampingan kepada setiap mahasiswa pada saat jalanya
proses paktikum dan memberikan arahan yang sesuai denagan praktikum.